Tiga Tahun Umat Hindu Rayakan Nyepi Tanpa Ogoh-ogoh

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Ogoh-ogoh menjadi kegiatan umat Hindu di Indonesia dalam menyambut hari raya Nyepi. Patung raksasa yang menyeramkan diarak keliling lingkungan kemudian dibakar.
Patung tersebut sebagai simbol negatif dari alam semesta. Ritual pembakaran itu menjadi simbol dari peleburan energi negatif dalam menyambut tahun baru saka untuk kehidupan yang lebih positif.
Namun, selama pandemi Covid-19 kegiatan itu ditiadakan. Umat Hindu hanya mengadakan perayaan secara sederhana di pura dan banjar.
Ketua Pengelola Pura Kahyangan Jagat Kerthi Buana, Ketut Sudama, mengungkapkan peniadaan pawai ogoh-ogoh mengikuti arahan pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.
"Kalau umat kangen dan ingin seperti sediakala sebelum covid, merayakan dengan senang gembira, yang biasanya buat ogoh-ogoh," kata ujar Sudama, Senin, 28 Februari 2022.
Selain ogoh-ogoh, pihaknya juga melakukan penyesuaian sejumlah ritual menjelang ibadah nyepi, seperti ritual Melasti.
Melasti merupakan pensucian peralatan yang akan digunakan dalam ritual Taur. Namun, kalau biasa diikuti puluhan ribu umat hindu, saat ini dilakukan terbatas di Pura Kahyangan Jagat.
Penyesuaian juga dilakukan pada ritual Taur, yaitu pemotongan kurban menggunakan ayam atau bebek sebagai penebusan kesalahan selama setahun terakhir.
"Besok kami Melasti, lusanya ada Taur, Nyepi 3 Maret, esoknya seperti halalbihalal," ungkapnya.
Ia mengajak seluruh umat hindu agar bisa turut mengikuti imbauan pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Hal itu sebagai bentuk umat membantu pemerintah menangani pandemi.
"Harapan kami tahun depan bisa menggelar ritual secara normal, seperti pawai ogoh-ogoh," ujarnya.
Effran Kurniawan
Komentar