Tembus 41.000, Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Terus Bertambah

Ankara (Lampost.co) -- Jumlah korban tewas gabungan dalam bencana gempa bumi di Turki dan Suriah yang terjadi pada 6 Februari lalu melewati 41.000 per hari Rabu, 15 Februari 2023. Sejumlah pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meyakini angka kematian di dua negara tersebut akan terus bertambah.
Angka 41.000 tercapai lebih dari seminggu setelah gempa mematikan melanda Turki dan Suriah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut guncangan dahsyat tersebut sebagai bencana alam terburuk dalam 100 tahun terakhir.
Meski 'jendela emas' 72 jam dalam operasi penyelamatan terlewati, masih ada cerita tentang bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang ditarik hidup-hidup dari reruntuhan bangunan di Turki dan Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan lebih dari 35.000 orang tewas dalam gempa bumi di negaranya. Angka tersebut menjadikannya sebagai bencana paling mematikan sejak berdirinya Turki 100 tahun lalu. Sebelumnya, rekor mengerikan dipegang gempa bumi Erzincan di Turki pada 1939 yang menewaskan 33.000 orang.
Erdogan mengunjungi para penyintas di rumah sakit dan berjanji untuk mengganti ribuan rumah yang hancur di sepuluh wilayah dalam waktu satu tahun, sebuah janji yang tampaknya tidak mungkin terwujud mengingat tingginya angka bangunan yang roboh.
Pemilihan umum presiden dan parlemen dijadwalkan berlangsung di Turki pada 14 Mei mendatang. Namun, karena terjadinya gempa bumi dahsyat, ada spekulasi pemilu Turki akan ditunda presiden.
Para penyintas gempa kehilangan tempat tinggal dan berjuang memenuhi kebutuhan dasar, seperti mencari sandang, papan, dan makanan dalam cuaca yang sangat dingin.
Korban emosional dari tragedi berskala besar tersebut juga membebani para penyintas, banyak di antaranya kehilangan anggota keluarga dan teman.
Di Suriah, situasinya sangat menyedihkan. Perang saudara selama lebih dari satu dekade memperumit upaya bantuan, di samping kondisi musim dingin dan wabah kolera yang sedang berlangsung.
Sebelum gempa bumi di awal 2023, PBB menemukan sekitar 15,3 juta orang di Suriah dianggap membutuhkan bantuan kemanusiaan, angka tertinggi sepanjang masa untuk negara yang memasuki tahun ke-12 sejak perang sipil dimulai.
Sanksi yang dikenakan sejumlah pihak kepada Suriah membatasi rute masuk pekerja bantuan dan perbekalan ke negara tersebut.
Pada Selasa kemarin, bantuan akhirnya mencapai wilayah Suriah yang dikuasai pemberontak. Area-area oposisi terkena dampak secara tidak proporsional dibandingkan dengan wilayah yang dikuasai pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad.
Hingga 12 Februari, Suriah mencatat 5.791 korban tewas akibat gempa, dengan 4.377 di antaranya di barat laut Suriah. Hingga saat ini, diyakini masih banyak korban gempa yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Effran Kurniawan
Komentar