#beritalampung#beritalampungterkini#kurikulum#pendidikan#kurikulummerdeka

Siswa Jadi Korban Guru Tidak Paham Kurikulum 

( kata)
Siswa Jadi Korban Guru Tidak Paham Kurikulum 
Ilustrasi. Dok


Bandar Lampung (Lampost.co) -- Para guru untuk lebih memahami dalam mengimplementasikan kurikulum untuk jenjang pendiidkan baik SD sampai SMA. Kurikulum sudah mengatur scope dan sequence kebutuhan anak sesuai jenjang kebutuhannya untuk tingkat SD, seperti kemampuan dasar numerasi bilangan, kemudian SMP dan SMA melanjutkan dasar-dasar yang diajarkan.

"Persoalannya ada di pengembangan kurikulumnya. Kita lihat faktanya guru tidak semua menjadi pengembang kurikulum kalau pun jadi pelaksana kurikulum acuannya bukan memahami target capaian, tetapi mentransfer pengetahuan," kata pakar kurikulum S3 Pendidikan FKIP Universitas Lampung (Unila) Een Yayah Haenilah, Senin, 12 Desember 2022. 

Menurut Een, mentransfer pengetahuan guru masih belum sesuai tuntutan kurikulum, tapi hanya sebatas buku paket. "Buku paket menjadi salah satu sumber artinya yang membuat buku paket itu belum tentu menyusun kurikulum untuk di kelas itu," ujarnya. 

Baca juga: BPKAD dan Pemda Harus Lebih Memahami Sistem Laporan Keuangan 

"Karena kurikulum kita sudah berbasis tujuan, guru harusnya menentukan tujuan dulu baru pilih buku yang tepat untuk dijadikan sumber," katanya. 

Dia menilai para guru saat mengajar masih belum menjadikan silabus sebagai panduan, tetapi masih berpatok pada buku paket atau buku ajar. Dengan demikian, sistematika belajarnya pun akhirnya berdasar daftar isi dari buku ajar guru. 

"Belum tentu buku itu dibutuhkan kurikulum. Jadi silakan guru menyelesaikan masalah memakai buku yang mana. Dengan demikian, saat naik ke jenjang berikutnya dasar-dasar yang dibutuhkan itu sudah dipenuhi," ujarnya. 

Dia memberi contoh kasus di tingkat SMA, siswa tidak mampu menyelesaikan pemahaman pecahan, begitu juga belum bisa menyelesaikan bilangan perkalian. 

"Itu yang salah bukan kurikulumnya, tetapi gurunya tidak mencapai kemampuan yang ditargetkan kurikulum," ujarnya. 

Untuk itu, dia meminta guru bersikap profesional dan tanggung jawab dalam masalah pengajaran kepada murid. Jika hanya menggugurkan kewajiban, itu akan sulit karena tidak sesuai dengan amanah kurikulum Merdeka. "Pada akhirnya yang jadi korban itu murid," katanya.

Muharram Candra Lugina








Berita Terkait



Komentar