#dutabahasa#senibudaya#lampung

Rifa Nabilah Putri,Wujudkan Literasi yang Inklusif melalui Program Kita Setara 

( kata)
Rifa Nabilah Putri,Wujudkan Literasi yang Inklusif melalui Program Kita Setara 
(Lampost.co/Ihwana Haulan)


Bandar Lampung (Lampost.co)-- Rifa Nabilah Putri (23), tak menyangka dengan gelar Duta Bahasa Provinsi Lampung yang baru saja didapatnya. Ia adalah satu dari sekian anak muda yang memiliki perhatian besar soal minimnya minat literasi di Lampung.

Rifa, panggilan akrabnya, lahir di Bandar Lampung pada 20 April 2000 silam. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil, ia sudah menunjukan ketertarikannya pada bidang seni, hingga membawanya untuk melanjutkan bangku pendidikan kuliah di jurusan seni rupa, Institute Teknologi Bandung (ITB).

Meskipun berlatar belakang pendidikan seni, namun Rifa juga memiliki ketertarikan yang kuat dengan topik serta kajian mengenai disabilitas.

Baca juga :Duta Bahasa Lampung 2023 Berjanji Tingkatkan Literasi Masyarakat

Berangkat dari hal tersebut, Rifa akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam sebuah komunitas bernama 'Sahabat Difabel Lampung (Sadila)'. Sebuah komunitas sosial yang merangkul para difabel melalui berbagai kegiatan yang bermanfaat. 

Dengan latar belakang pendidikan seni yang dimilikinya, melalui komunitas ini, Rifa mengajarkan anak-anak difabel untuk mengisi waktu luang dengan menciptakan karya seni. Beberapa karya yang dihasilkan antara lain, lukisan, kerajinan batik, serta kerajinan seni rupa yang diaplikasikan dalam bentuk lain seperti topi dan totebag.

Baca juga: Duta Bahasa Diharapkan Jadi Agen Perubahan Kaum Milenial Berbahasa Indonesia Baik dan Benar

Mengajari anak-anak difabel menjadi rutinitas Rifa sehari-hari. Ia memiliki keyakinan, bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang, nampun harus terhimpit oleh lingkungan yang tidak mendukung, termasuk mereka para penyandang disabilitas. Sampai akhirnya Rifa sadar, bahwa ada hal lain yang harus Ia perjuangkan untuk mereka, yaitu inklusifitas.

"Setiap dari kita tidak akan tahu nasib buruk datang. Bisa jadi suatu saat nanti ada moment, dimana kita jadi seorang disabilitas, dan jika tidak ada orang lain yang mendukung kita, tidak terbayang akan seperti apa," ujar Rifa.

Baca juga: Dies Natalis ke-55 FKIP Unila Angkat Keberagaman Budaya Lewat Karnaval Seni Multikultural

Disela-sela rutinitasnya bersama teman-teman difabel, Rifa mendapat kabar bahwa pemilihan duta bahasa Provinsi Lampung kembali dibuka untuk tahun 2023. Meski awalnya tak memiliki minat yang besar, namun berkat dukungan yang kuat dari keluarga, Rifa akhirnya memberanikan diri untuk berkompetisi dalam ajang bergengsi tersebut.

Ditambah kedekatan emosionalnya bersama kawan-kawan disabilitas, Semakin memantapkan niat Rifa untuk dapat memperjuangkan suara para penyandang disabilitas, melalui ajang duta bahasa. Berbagai tahapan seleksi pun Ia lalui, mulai dari pemberkasan, wawancara, uji kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI), penampilan bakat, sampai dengan psikotest berhasil ia rampungkan.

Sampai akhirnya Ia sampai pada tahap penyisihan yang menyisakan 13 pasang finalis. Dalam tahapan ini, masing-masing dari para peserta diminta untuk mengusung sebuah program yang mampu mendongkrak minat literasi bagi masyarakat di Provinsi Lampung.

Literasi bagi Rifa adalah sebuah jalan untuk menerbarkan banyak kebermanfaatan, terutama bagi mereka yang termarginalkan. Berangkat dari ketulusan hatinya untuk membantu sesama, tercetuslah ide untuk menciptakan sebuah program bernama "Kita Setara" (Kelas Isyarat Seru Lewat Cerita Bersama).

Program ini merupakan kegiatan pelatihan bahasa isyarat Indonesia untuk para Duta Bahasa Provinsi Lampung sebagai teman
dengar dengan melibatkan mentor teman tuli dan juru bahasa isyarat. Bermitra dengan komunitas teman tuli di Kota Dapur Difable, program ini diharapkan mampu mewujudkan masyarakat yang inklusif, dengan membiasakan berinteraksi dengan teman-teman disabilitas (dalam hal ini teman tuli).

Dalam "Kita Setara", Rifa mengkonsepkan sebuah program yang tak biasa. Jika biasanya teman-teman disabilitas (dalam hal ini teman tuli) hanya menjadi penonton, melalui program "Kita Setara", teman tuli akan diberikan kesempatan untuk mengajarkan bahasa isyarat kepada teman-teman non-disabilitas. Konsep ini diharapkan mampu menghapus stigma bahwa mereka para penyandang disabilitas, juga mampu untuk berdaya.

"Jaman sekarang, masyarakat itu cenderung lebih individualis, ada banyak teman-teman disabilitas yang secara sosial butuh rangkulan, tapi banyak juga dari kita yang tidak sadar akan hal itu. Lewat Duta Bahasa ini, bisa menjadi sebuah wadah bagi kita untuk menciptakan kebermanfaatan, salah satunya lewat literasi," kata Rifa.

Salah satu tujuan literasi, menurut Rifa adalah menciptakan peradaban manusia yang unggul. Dimana literasi berperan dalam membentuk pribadi yang bijak, baik dalam bersikap maupun dalam berpikir.
Ia berkeyakinan, dengan berliterasi, akan menjadikan seseorang menjadi lebih pandai dalam memecahkan masalah.

"Karena literasi bukan hanya sekedar membaca dan mengerti, tapi lebih daripada itu, literasi akan mampu membawa perubahan yang baik untuk lebih bijak dalam bersikap dan berpikir.

Nurjanah








Berita Terkait



Komentar