Produk Unggulan Lampung Dipacu Go International

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Bank Indonesia (BI) menyebut Lampung memiliki produk-produk unggulan yang berpotensi bersaing di pasar ekspor.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Provinsi Lampung, Budiyono mengatakan, potensi tersebut harus terus dioptimalkan. Menurutnya, peluang ekspor dimiliki produk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) baik berupa hasil olahan pangan maupun kriya kerajinan tangan.
"Melalui Forum Ekspor Lampung, BI terus mendorong pelaku usaha untuk mengekspor produknya agar bisa bersaing di dunia internasional," katanya saat berkunjung ke Lampung Post, Selasa, 15 Maret 2022.
Baca: BI Optimistis Ekonomi Lampung Membaik pada 2022
Sementara itu Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Riduan mengatakan, sepuluh golongan barang utama ekspor Provinsi Lampung pada Januari 2022 adalah lemak dan minyak hewan/nabati ; kopi, teh, rempah-rempah; ampas/sisa industri makanan; olahan dari buah-buahan/sayuran; batu bara; ikan dan udang; bubur kayu/pulp; berbagai produk kimia; daging dan ikan olahan; serta karet dan barang dari karet.
Selama sebulan terakhir terjadi penurunan ekspor di semua sektor. Sektor industri pengolahan turun 11,24%, sektor pertambangan dan lainnya turun 73,95%, dan sektor pertanian turun 7,01%.
"Negara utama tujuan ekspor Provinsi Lampung pada Januari 2022 adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Italia, Pakistan, Belanda, Selandia Baru, Philipina, Spanyol, Jepang, dan Belgia," katanya
Sementara nilai impor Januari 2022 tersebut mengalami peningkatan US$37,69 juta atau naik 17,91% jika dibanding Januari 2021 yang tercatat US$210,39 Juta. Nilai impor pada Januari 2022 dibanding Desember 2021 untuk bahan baku penolong naik sebesar 121,91%, barang modal naik 37,06%, dan barang konsumsi naik sebesar 129,65%.
Negara pemasok barang impor ke Provinsi Lampung pada Januari 2022 adalah Nigeria US$129,57 juta; Australia US$27,23 juta; Amerika Serikat US$22,96 juta; Tiongkok US$10,67 juta; Singapura US$9,87 juta; Kanada US$8,02 juta; Argentina US$7,87 juta; Belarusia US$7,23 juta; Taiwan US$5,89 juta; dan Vietnam US$3,9 juta.
Sobih AW Adnan
Komentar