Pesan dan Kritik Lewat Mural

Bandar Lampung (Lampost.co)--Seni lukis di tempat terbuka atau kerap disebut Mural, banyak dilakoni pekerja seni. Lewat sudut pandang mereka, para seniman ini mampu menggambarkan apa yang mereka rasakan melalui gambar, termasuk kritik.
Mural juga mewarnai wajah di Bandar Lampung. Sejumlah space kosong di jembatan layang (Flyover) maupun underpas di Kota Tapis, dihiasai dengan goresan seni yang bermakna dan memikat. Jelas ini menambah cantik dan daya tariknya kota.
Gambar pesisir dan biota laut terihat saat melintas di underpas Unila. Melintasi jalan ini serasa berada di kolam besar mirip seaword tapi dalam bentuk lukisan. Sebab nuansa biru mendominasi, termasuk lukisan aneka ikan dan biota laut terpampang di dinding.
Sementara di jalan layang MBK Bandar Lampung, lukisan aneka tapis serta bunga menghiasi dinding pembatas flyover tersebut.
Seorang warga yang melintas lokasi mural tersebut menyebut kalau perwajahan Bandar Lampung makin cantik. "Ketimbang kosong, lebih baik dilukis seperti ini lebih bagus dan menarik," ujar Elly, warga Telukbetung, Minggu, 31 Oktober 2021.
Ia mengaku setiap akhir pekan melintasi jalan tersebut untuk beragam keperluan.
Penyaluran bakat seni ini juga banyak digagas pemerintah dan instansi, karena untuk melukis butuh dana yang tak sedikit buat keperluan cat, kuas, dan lainnya. Meski banyk pula seniman yang rela merogoh kantongnya sendiri demi menyalurkan hobinya.
Sementara di Jakarta, juga terlihat banyak lukisan mural. Bhkan Bhayangkara Mural Festival 2021 menjadi wadah para muralis mengkritik pemerintah, khususnya Polri. Lewat gambar, para peserta dipersilakan menyampaikan kritik pedas kepada Korps Bhayangkara.
Salah satu muralis asal Jakarta Selatan, Ferdiansyah mengangkat tema terkekangnya kebebasan berpendapat. Ia menjelaskan mural yang dibuat menceritakan seorang muralis hendak menggambar wajah orang menyerupai Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, saat gambar tersebut belum selesai. Muralis itu telah ditangkap.
"Jadi ibarat kaya ini (gambar) belum selesai aja udah ditangkap dikira provokasi, sebenarnya padahal belum tau kita mau provokasi atau apa," ujar Ferdiansyah di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Ferdianysah mengaku sempat takut untuk mengakat tema tersebut. Sebab tema yang dipilih mengkiritik kinerja pihak penyelenggara, yaitu Polri.
"Takutnya gini sih, kayak ini kita kan dia yang ngadain lomba masa iya kita mengkritik mereka. Tapi setelah coba diberani-beraniin sih alhamdulillah aman-aman aja," ujar dia.
Namun, perasaan tersebut ia kubur dalam-dalam. Sebab, pihak penyelenggar justru memberikan karpet merah bagi muralis yang ingin mengkritik Korps Bhayangkara.
Ferdiansyah menilai lomba mural ini aji mumpung. Ia dapat mengeluarkan aspirasinya atas tindakan pihak berwajib yang sewenang-wenang terhadap muralis di sejumlah daerah.
"Ya udah kita bikin karya yang memang saya mau kritik ke arah sini. Mumpung dibolehin, daripada takutnnya kalau kita mengkritik ga ada ajangnya begini kan ngeri jadi masalah, jadi mendingan seperti ini," kata dia.
Ia berharap ajang ini dapat merubah pemikiran pemerintah dan Polri terhadap mural yang bersifat kritik. "Sudut pandang dari mereka harus disesuaikan dengan seniman," kata dia.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta peserta Bhayangkara Mural Festival 2021 tidak khawatir mengangkat tema mengkritik instansinya. Karya seni itu menjadi masukan bagi Koprs Bhayangkara.
"Kalau itu gambarnya (kritik) paling pedas, itu juga akan kami terima. Dan saya jamin yang berani menggambar seperti itu akan jadi sabahatnya Kapolri, jadi temannya Kapolri," ujar Listyo saat membuaka Bhayangkara Mural Festival 2021, di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta Selatan.
Listyo memberikan aspirasi kepada peserta mural yang berani menyampaikan kritik kepada Polri. Menurut dia, hal tersebut menjadi gambaran seniman tak takut mengkritik dan berani tampil.
Sri Agustina
Komentar