Penutur Hanya 16 Persen, Kelestarian Bahasa Lampung Terancam

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Kantor Bahasa Provinsi Lampung mencatat bahwa hanya terdapat sekitar 1,5 juta penutur bahasa Lampung, atau sekitar 16 persen dari total 9,1 juta jumlah penduduk Provinsi Lampung. Data ini menunjukkan kerentanan dalam menjaga kelestarian bahasa Lampung karena jumlah penuturnya yang terbatas, terutama di kalangan generasi muda.
Menghadapi tantangan ini, Dinas Pendidikan Provinsi Lampung berkomitmen untuk mendorong peningkatan kapasitas guru muatan lokal dalam rangka menjaga keberlanjutan bahasa daerah. Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Lampung, Tomy Efra, langkah-langkah konkret telah diambil untuk mencapai tujuan ini.
"Kami telah menjalin kerja sama dengan Universitas Lampung (Unila) untuk program studi bahasa Lampung, bahkan telah mendirikan program magister khusus untuk bahasa Lampung," ungkap Tomy Efra saat diwawancarai pada Rabu, 13 September 2023.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi guru-guru muatan lokal serta calon pengajar muatan lokal untuk berperan aktif dalam melestarikan bahasa Lampung. "Dengan langkah ini, guru-guru yang selama ini mengampu mata pelajaran muatan lokal meskipun bukan latar belakang mereka, sekarang bisa mendapatkan sertifikasi sebagai pendidik bahasa Lampung," kata Tomy.
Selain itu, Dinas Pendidikan Lampung juga telah menginisiasi pemberian beasiswa pendidikan kepada mahasiswa yang mengambil Program Studi Bahasa Lampung di Universitas Lampung. Ini bertujuan untuk mendorong minat masyarakat dalam memahami dan memelajari bahasa Lampung secara lebih mendalam.
"Kami memberikan beasiswa kepada 18 mahasiswa setiap tahunnya untuk Program Studi Bahasa Lampung. Program ini telah dimulai sejak sekitar tahun 2021," kata Tomy.
Inisiatif-inisiatif ini diharapkan akan menginspirasi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berpartisipasi aktif dalam melestarikan bahasa Lampung. Dengan kerjasama antara Dinas Pendidikan, universitas, dan para guru muatan lokal, diharapkan bahasa Lampung dapat tetap hidup dan berkembang dalam masyarakat Lampung.
Deni Zulniyadi
Komentar