Penjahat Siber Incar Perusahaan Asia Tenggara

Jakarta (Lampost.co) -- Ransomware atau pencuri digital sedang marak mengejar perusahaan di Asia Tenggara. Kaspersky mengungkapkan tren itu akan terus berlanjut untuk tahun-tahun ke depan dan para pencuri digital juga akan menggunakan metode-metode yang jauh lebih canggih.
Kaspersky menjelaskan Ransomware merupakan sejenis malware yang mampu mengunci komputer dan perangkat seluler seseorang. Bahkan, ransomware juga mampu mengenkripsi data elektronik seseorang.
Para pencuri biasanya melakukan dekripsi atau dengan mendapatkan kembali data yang dibobol, mereka meminta uang tebusan dengan jumlah yang variatif.
Ancaman seperti itu memang ada sejak 1989 silam. Pada 2016 para penjahat siber beralih menyerang atau menargetkan dari pengguna individu ke perusahaan besar. Peristiwa itu memberikan dampak yang besar dan diketahui termasuk pada golongan Ransomware Wannacry dengan kerugian mencapai USD4 miliar.
Tujuan para penjahat siber menyerang perusahaan-perusahaan besar yang biasanya para perusahaan mempunyai investasi dengan jumlah yang besar sehingga para penjahat tersebut menyerang perusahaan secara global, termasuk Asia Tenggara.
Statistik terbaru yang dikeluarkan Kaspersky sendiri mengungkapkan terdapat total 304.904 serangan yang mengincar bisnis di wilayah Asia Tenggara yang terblokir.
Indonesia mencatatkan rekor tertingginya. Serangan yang digagalkan mencapai 131.779 dan diikuti Thailand yang mencapai angka 82.438.
BACA JUGA: Gamer Anak-Anak Incaran Empuk Penjahat Siber
Selain itu, ada Vietnam dengan 57.389 sebagai catatan penyerangan Ransomware dan juga Filipina dengan total 21.076 serangan. Negara Asia Tenggara yang mempunyai serangan Ransomware terkecil adalah Malaysia dan Singapura dimana Malaysia hanya 11.750 dan Singapura hanya 472 serangan.
Dari statistik tersebut memperlihatkan memang para penjahat yang melakukan serangan Ransomware menargetkan Asia Tenggara. Yeo Siang Tiong sebagai General Manager untuk bisnis di Asia Tenggara memberikan pernyataan 3 dari 5 bisnis di Asia Tenggara menjadi korban penyerangan Ransomware.
"Salah satu studi baru kami mengkonfirmasi tiga dari lima bisnis di Asia Tenggara menjadi korban serangan ransomware. Beberapa pernah, tetapi setengahnya menjadi mangsa berkali-kali,” ucap Yeo Siang Tong.
“Data 2022 kami juga mengungkapkan ancaman ini akan terus menjadi ancaman bagi perusahaan di Asia Tenggara, karena terbukti sangat menguntungkan bagi penjahat dunia maya. Beberapa eksekutif bisnis mengangggap ransomware hanya dilebih-lebihkan media, dan tim keamanan perusahaan yang benar-benar kewalahan dan kekurangan tenaga ahli untuk mendeteksi dan menanggapinya,” lanjutnya.
Ada sebuah studi yang mencatat terdapat kesenjangan 2.1 juta staf keamanan siber lokal yang memang sangat dibutuhkan Asia Pasifik. Hal tersebut karena memang sangat marak penyerangan ransomware di kawasan Asia.
Hanya 5 persen pemimpin bisnis yang mampu melakukan respons insiden internal atau bisa dikatakan memiliki IT untuk menjadi penangkal serangan ransomware. Pernyataan tersebut menjadi jawaban yang sangat valid mengapa 94 persen bisnis di kawasan Asia menjadi target empuk bagi para penjahat siber.
Kaspersky XDR merupakan sebuah holistik yang dibangun atas tiga pilar utama dan dari setiap strategi terjadi insiden yang kompleks. Namun, membuahkan hasil yang terbilang sukses. Bisa dikatakan Platform XDR merupakan sebuah platform teknologi keamanan berlapis.
Bahkan dalam bentuk solusi, dan layanan pakar keamanan siber yang dapat disesuaikan untuk semua ukuran organisasi serta menggunakan sebuah pendekatan proaktif untuk mampu mengkoordinasikan alat keamanan yang terpisah dalam platform deteksi dan respons ancaman keamanan yang koheren.
Effran Kurniawan
Komentar