Pengamat Minta Pemerintah Tidak Labelkan Sekolah

Bandar Lampung (Lampost.co)--Mulai tahun 2023, tidak boleh ada lagi disparitas atau membeda-bedakan antara sekolah yang dicap favorit dan tidak favorit.
Hal tersebut diungkap Pengamat pendidikan FKIP Universitas Lampung (Unila) Prof. Bujang Rahman, sebab mendiskriminasi dunia pendidikan dan hak anak untuk mendapat pendidikan yang lebih baik.
"Dengan penerimaan sistem baru dengan zonasi tidak boleh ada sekolah favorit dan tidak favorit, kewajiban pemerintah dan masyarakat meminimalisir disparitas mutu sekolah," kata Bujang, Minggu, 1 Januari 2023.
Muncul istilah favorit dan tidak favorit ada persepsi masyarakat kalau ada sekolah yang mutunya baik dan tidak baik.
Menurutnya, label seperti ini bermuara dari pemerintah yang sering memberi perlakukan berbeda-beda kepada sekolah yang dianggap favorit.
Misalnya dengan pendistribusian Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak merata seperti sekolah yang dicap favorit diisi oleh SDM yang berkualitas dan lebih baik, dibanding sekolah yang dicap tidak favorit.
"Harusnya itu distribusi sebenarnya manusia itu jangan numpuk di sekolah yang bagus aja, tapi sekolah yang memang harus dikembangkan, sumber dayanya juga harus diberikan sumber daya yang bagus supaya dia berubah begitu kan," jelasnya.
Jika merujuk pada kaidah pendidikan yang baik, pendidikan yang baik bukan hanya membuat seseorang menjadi pintar melainkan pendidikan yang baik itu membuat seseorang dari yang tidak bisa apa-apa menjadi bisa dan pintar.
"Bagaimana orang yang tadinya tidak punya kemampuan atau lemah kemampuan intelektualnya dan spiritualnya lalu bisa dikembangkan menjadi memiliki kapasitas secara intelektual dan spiritual," tuturnya.
Ia menantang sekolah yang selama ini dicap favorit untuk menerima murid dengan intelektual yang dibilang rendah. Karena menurutnya selama ini sekolah-sekolah hanya menerima murid yang sudah dianggap pintar dan menyisihkan yang lemah intelektualnya.
"Ya kalau selama ini emas (anak yang dianggap pintar) dicetak oleh pabrik (sekolah) keluarnya jadi emas wajar toh? Coba sekali-sekali yang kurang pintar dicetak sekolah bisa enggak jadikan dia emas. Jadi kalau anak pintar masuk ke sekolah favorit keluar jadi pintar itu bukan hal yang luar biasa," tegasnya.
Sri Agustina
Komentar