PAN Dorong Pasangan Airlangga-Zulhas di Pilpres 2024

Jakarta (Lampost.co) -- Partai Amanat Nasional (PAN) mendorong Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan (Zulhas) menjadi pasangan calon (paslon) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kedua figur itu disebut mumpuni untuk bertarung di Pemilu.
"Pasangan Airlangga-Zulhas pantas untuk didorong," kata Ketua Fraksi PAN, Saleh Partaonan Daulay, melalui keterangan tertulis, Selasa, 6 Juni 2023.
Saleh melihat sejak awal kedua tokoh itu menginisiasi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Perolehan suara dan kursi dari PAN dan Partai Golkar pun mencukupi untuk mengusung pasangan capres-cawapres.
"Jumlah kursi Golkar dan PAN ada 129, melebihi batas minimum 20 persen atau 115 kursi. Artinya, Golkar dan PAN bisa membentuk poros kekuatan sendiri," ujarnya.
Selain itu, segmentasi pemilih kedua partai politik itu juga berbeda. Kerja sama kedua partai diyakini mampu memperluas jaringan masing-masing.
"Masyarakat memiliki pilihan alternatif yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan dan pembangunan," ujar dia.
Namun, PAN masih mengkaji soal sikap partai pada Pilpres 2024. Selain melihat peluang pasangan kedua ketua umum itu, tetapi melihat peluang pasangan lain yang lebih potensial.
"Kalau mau koalisi dengan capres lain, PAN tidak malu-malu menyebut dan menawarkan Erick Thohir sebagai cawapres. Ini penting mengingat Erick Thohir sangat dekat dengan PAN," kata dia.
Golkar ke Prabowo atau Ganjar
Direktur Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, menilai Partai Golkar akan melunak dan melabuhkan dukungan pada Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang mendukung Prabowo Subianto atau berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk mendukung Ganjar Pranowo.
Hal itu tercermin dengan pembacaan hasil Rakernas Golkar, Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
"Hasil Rakernas akan dapat melepaskan beban berat yang beliau pikul selama ini. Yakni menjadi capres untuk Pilpres 2024 yang akan datang yang diputuskan melalui Munas 2019 lalu," kata Ray.
Menurut dia, hasil Rakernas memberi mandat penuh kepada Airlangga untuk menentukan capres, cawapres dan rekan koalisi. Hal itu berarti peneguhan kewenangan ketum. Bisa pula ada pelebaran dan pelonggaran bakal capres, cawapres, dan teman koalisi bagi Golkar.
"Bila sebelumnya kesan yang muncul menetapkan Airlangga sebagai satu-satunya capres partai Golkar, hasil Rakernas ini memberi kemungkinan nama lain sebagai capres, cawapres atau koalisi Golkar. Nama lain itu bisa berasal dari Golkar sendiri atau dari luar partai Golkar," ujarnya.
Dia menilai ada beberapa faktor yang melandasi pelonggaran tersebut. Pertama, elektabilitas Airlangga makin sulit mengejar posisi capres dan cawapres.
Kedua, butuh skenario untuk tidak terlambat menaikkan elektabilitas partai dan menentukan teman koalisi yang bisa mengakibatkan pelemahan daya negosiasi Golkar. Ketiga, Golkar sekaligus menegaskan bersama dengan koalisi Jokowi.
"Menegaskan partai Golkar akan tetap bersama koalisi Jokowi. Dengan begitu, besar kemungkinan teman koalisi Golkar dari partai koalisi pendukung Ganjar atau Koalisi Indonesia Raya," kata dia.
Menurutnya, secara faktual Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sudah berakhir, kecuali akhirnya bersama-sama dengan Ganjar. Itu pun artinya KIB plus PDIP. Kendati demikian, anggota KIB bergabung atas nama partai masing-masing, bukan atas nama KIB.
Selain itu, Golkar dan PAN tidak akan buru-buru menyatakan dukungan capres. Sekalipun hanya tinggal memilih koalisi Ganjar Pranowo atau KKIR.
"Mereka akan menunggu sampai ada selisih suara antara Ganjar dengan Prabowo sekitar lima persen. Jika ditahap itu, pilihan akan dijatuhkan ke capres yang elektabilitasnya paling tinggi," ujar Ray.
Effran Kurniawan
Komentar