#airbersih#kemarau#lamsel

Nenek Murtini Rela Antri 10 Jam Demi Mendapatkan Air Bersih

( kata)
Nenek Murtini Rela Antri 10 Jam Demi Mendapatkan Air Bersih
Foto: Nenek Murtini mengisi drigennya dengan air di sumur umum di kawasan hutan limdung di Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan.Lampost.co/Rustam Efendi.


Kalianda (Lampost.co) --- Murtini (65) warga Desa Klawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, rela mengantri hampir 10 jam dan menempuh jarak satu kilo meter demi mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.  

Sulitnya mendapatkan pasokan air bersih saat musim kemarau saat ini dirasakan hampir sebagian masyarakat di Lampung Selatan. Tidak sedikit warga harus menempuh jarak yang cukup jauh, atau memanfaatkan sisa debit air keruh di kali. 

Halnya itu juga yang dialami oleh nenek Murtini. Ia harus rela menempuh jarak satu kilo meter untuk menuju sumber mata air yang sudah hampir mati akibat cuaca panas di areal hutan lindung. Nenek murtini pun berjalan kaki dari rumah sejak pukul 04.30 Wib dan sekitar pukul 11.00 ia baru mendapatkan air. 

Baca juga: Warga Desa Kelawi Berebut Bantuan Air Bersih dari Satpolairud

"Sudah tiga bulan ini merasakan dampak kemarau, biasanya saya keluar jam empat subuh dan baru mendapat air siang karena warga yang mengantri juga banyak," kata Nenek Murtini, Kamis, 14 September 2023. 

Sumber mata air di sumur tua tempatnya mengambil air pun, kondisinya keruh. Debit air yang sedikit terkadang harus mencukupi ratusan kepala keluarga di desa setempat. 

Baca juga: Damkarmat Lampung Selatan Distribusikan Air Bersih ke 3 Desa Terdampak Kemarau

"Kadang harus menunggu antrian yang panjang, karena sumur itu sumur umum sehingga banyak orang yang ngambil sementara airnya sekarang sudah sedikit dan keruh," katanya. 

Warga lainya Eko (49) mengatakan sumur umum dengan kapasitas kecil tersebut dimanfaatkan masyarakat sekitar 100 kepala keluarga. Kondisi air yang keruh digunakan warga untuk keperluan sehari-hari. 

"Kami pakai untuk mandi,nyuci, bahkan buat air minum juga, karena satu-satunya sumber air yang masih tersisa adalah kali ini," katanya. 

Menurutnya, selama hampir tiga bulan terakhir warga rela begadang untuk mendapatkan air. "Ya banyak juga yang begadang untuk mengantri di sumur umum ini," ujarnya. 

Ia juga mengatakan, bantuan pendistri usian sumber air bersih dari Dinas Damkar Lampung Selatan masih kurang mencukupi kebutuhan warga. 

"Bantuan air bersa kadang ada dari mobil pemadam kebakaran, tapi belum mencukupi untuk di konsumsi sehari-hari," katanya. 

 

Nurjanah








Berita Terkait



Komentar