#kpk#suapunila

KPK Kembali Periksa Lima Orang Saksi Terkait Suap Unila

( kata)
KPK Kembali Periksa Lima Orang Saksi Terkait Suap Unila
Ruang Sidang Pemeriksaan saksi di Mapolresta Bandar Lampung. (Foto:Lampost/Salda Andala)


Bandar Lampung (Lampost.co)--Penyidik  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memeriksa lima orang saksi terkait dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) penerimaan mahasiswa baru yang melibatkan rektor nonaktif Universitas Lampung (Unila) Karomani Cs di Mapolresta Bandar Lampung, Jumat, 18 November 2022 di Mapolresta Bandar Lampung.

Dalam keterangan persnya, Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan pemeriksaan saksi TPK  suap oleh penyelenggara negara atau yang mewakilinya terkait penerimaan calon mahasiswa baru pada Universitas Lampung tahun 2022, untuk tersangka Karomani Cs adalah  Anwar (wiraswasta), I Gede Winaja (PNS), Jaka Adiwiguna (PNS), dr. Razmi Zakiah Oktarlina (PNS) dan Hengky Malonda (wiraswasta).

Sebelumnya, KPK memanggil 10 saksi kasus suap penerimaan mahasiswa baru Unila. Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri di Jakarta, Rabu, 16 November 2022.

Sepuluh saksi, yaitu empat PNS masing-masing Tugiyono, Evi Daryanti, Rafei, dan M. Anton Wibowo, Azman Roni berprofesi sebagai dokter, karyawan BUMD Harwoto, pegawai honorer Unila Fajar Pamukti Putra serta tiga wiraswasta masing-masing Marhamah, Sofyan, dan R. Mulawarman.

"Pemeriksaan di Polresta Bandar Lampung, Kota Bandarlampung, Lampung," ucap Ali.

KPK telah menetapkan empat tersangka terdiri atas tiga orang selaku penerima suap, yakni Karomani, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila Heryandi, dan Ketua Senat Unila Muhammad Basri. Sementara itu, pemberi suap adalah pihak swasta Andi Desfiandi yang saat ini sudah berstatus terdakwa.

Dalam konstruksi perkara, KPK menjelaskan bahwa Karomani yang menjabat sebagai Rektor Unila periode 2020—2024 memiliki wewenang terkait dengan mekanisme Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (Simanila) Tahun Akademik 2022.

Selama proses Simanila berjalan, KPK menduga Karomani aktif terlibat langsung dalam menentukan kelulusan dengan memerintahkan Heryandi, Kepala Biro Perencanaan dan Humas Unila Budi Sutomo, dan Basri untuk menyeleksi secara personal terkait dengan kesanggupan orang tua mahasiswa.

Apabila ingin dinyatakan lulus, calon mahasiswa dapat "dibantu" dengan menyerahkan sejumlah uang, selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan kepada pihak universitas.

Selain itu, Karomani juga diduga memberikan peran dan tugas khusus bagi Heryandi, Basri, dan Budi untuk mengumpulkan sejumlah uang yang disepakati dengan pihak orang tua calon mahasiswa baru. Besaran uang itu jumlahnya bervariasi mulai dari Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta seleksi yang ingin diluluskan.

Karomani diduga memerintahkan Mualimin selaku dosen untuk turut mengumpulkan sejumlah uang dari para orang tua peserta seleksi yang ingin dinyatakan lulus oleh Karomani.

Seluruh uang yang dikumpulkan Karomani melalui Mualimin dari orang tua calon mahasiswa itu berjumlah Rp603 juta dan telah digunakan untuk keperluan pribadi KRM sekitar Rp575 juta.

Sementara itu, dalam dakwaannya, jaksa penuntut umum (JPU) KPK menyebutkan Andi Desfiandi memberikan suap kepada Karomani guna membantu dua orang calon mahasiswa masuk ke Fakultas Kedokteran Unila pada tahun 2022.

Sri Agustina








Berita Terkait



Komentar