Inilah Penjelasan Ahli Geofisika Mengenai Gempa di Lampung

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geologi Kotabumi mencatat terjadi empat gempa bumi di wilayah Lampung sejak awal Desember 2022. Gempa pertama dan kedua terjadi pada tanggal yang sama, yakni 1 Desember 2022.
Gempa pertama terjadi pada pukul 05.03.51 WIB dengan magnitudo 1.9. Kedalaman gempa 7 kilometer dan berpusat di darat 21 km barat laut Tanggamus, Lampung. Selanjutnya terjadi pukul 19.08.16 WIB dengan magnitudo 2.9, kedalaman 10 km dan berpusat di laut 75 km barat daya Pesisir Barat, Lampung.
Baca juga: Lampung Masuk Kategori Risiko Tinggi Bencana
Gempa ketiga terjadi pada 4 Desember 2022 pukul 01.49.43 WIB dengan magnitude 1.9. Kedalaman gempa 10 km berpusat di darat, tenggara Lampung Barat.
Gempa keempat terjadi pada 5 Desember 2022, pukul 00.04.57 WIB dengan magnitudo 3.2. Kedalaman gempa 10 kilometer dan berpusat di laut 148 km barat daya Tanggamus Lampung.
Dosen Program Studi Teknik Geofisika Itera, Erlangga Ibrahim Fattah, mengatakan dua gempa di laut masuk kriteria gempa dalam (kedalaman di atas >50 km). Gempa diduga akibat adanya aktivitas Lempeng India Australia yang menunjam di bawah Sumatra.
"Juga bisa saja berkaitan dengan gempa magnitudo 1.9 di Lampung Barat, jadi merupakan sisa-sisa pelepasan energi dari gempa yang terjadi 18 Juli di Lambar itu. Tapi saya disclaimer ya, korelasi antara aktivitas gempa ini hanya saya lihat dari episenter gempa saja, harus ada kajian mendalam," katanya, Senin, 5 Desember 2022.
Dia menambahkan untuk mengetahui gempa yang terjadi di Tanggamus butuh kajian ulang terkait sesar aktif di Lampung karena lokasinya tidak berada di dekat sesar aktif. "Terkait patahan Tarahan, pendugaan sesar ini sesar aktif juga masih perdebatana. Beberapa peneliti mengatakan ini (patahan Tarahan) merupakan sesar aktif namun dari sisi aktivitas seismisitasnya cenderung sangat jarang terjadi, perlu ada kajian dan pembahasan lebih lanjut," ujarnya.
Mengenai tipe sesar di Pulau Sumatra, Erlangga mengatakan berdasarkan peneliti BRIN dan Itera tipe pergerakan sesarnya adalah creeping fault atau pergerakan perlahan. "Perlu adanya diseminasi sesar-sesar aktif dan sejarah keaktivitasannya, serta bagaimana menyikapi sejarah aktivitas gempa ini. Untuk itu perlu adanya kajian para ahli untuk mengetahui pasti penyebab gempa dan itu membutuhkan waktu," katanya.
Untuk itu, Erlangga mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah dengan tingkat kegempaan tinggi untuk waspada. Sebab, gempa merupakan fenomena alam yang belum bisa diprediksi terjadinya.
"Waspada tentu perlu karena kita tinggal di daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi, seperti Pesisir Barat, Tanggamus, dan Lampung Barat," ujarnya.
Muharram Candra Lugina
Komentar