#hargatomat#ekbis#beritalamsel

Harga Anjlok, Petani di Desa Klaten Membiarkan Tomat Membusuk di Lahan

( kata)
Harga Anjlok, Petani di Desa Klaten Membiarkan Tomat Membusuk di Lahan
Petani tomat di Desa Klaten, Lamsel membiarkan tomat membusuk di lahan. Lampost.co/Aan Kridolaksono


KALIANDA (Lampost.co) -- Ditengah gejolak kenaikan harga berbagai jenis kebutuhan hidup, petani tomat di Desa Klaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan mengusap dada. 

Siang itu, Senin 14 Oktober 2019, terik matahari sangat terasa membakar kulit. Hendro (45) bersama temannya menunjukan tomat berwarna merah yang dibiarkan membusuk di pohon, lantaran harga ditingkat petani hanya Rp800 sampai Rp1.000 per kilo. Anjloknya harga tomat yang berlangsung selama sebulan ini membuat para petani membiarkan tomat membusuk di lahan. 

"Harga tomat yang terlalu murah tak sebanding dengan upah panen. Apalagi ditambah biaya selama ini. Sehingga hasil panen kami biarkan saja, daripada semakin rugi, " kata Hendro kepada Lampost.co. 

Puluhan kilo tomat yang yang dibiarkan berjatuhan terlihat membusuk akibat cuaca dan berlubang dimakan ulat itu berserakan diantara batang batang tomat selebar 1 meter. "Jika hasil per hektare per batang hanya 1 kg dan harga Rp800 per kilo, maka pendapatan kotor kami hanya Rp16 juta. Sementara biaya produksi mencapai Rp20 juta per hektare, makanya petani merugi," ujar Hendro.

Di mata Joko (47) petani lainnya, bukan hanya harga yang anjlok. Dampak perubahan alam juga mengkhawatirkan petani. Dililit sejumlah utang kepada tengkulak dan lemahnya distribusi panen ikut membuat petani sulit sejahtera.
 
Para petani tomat di Desa Klaten, Kecamatan Penengahan kali ini tak bisa menikmatI hasil manis panen. Harga jual yang murah sehingga para petani enggan memanen tomatnya. Kondisi ini membuat beberapa lahan tomat siap panen dibiarkan begitu saja dan terbengkalai.

Joko memilih tidak memanen tomat karena biaya operasional panen lebih besar ketimbang harga jual tomat. Dimana satu peti berisi 60 kilo tomat membutuhkan tenaga buruh petik Rp50 ribu, belum lagi membeli kotak tomat seharga Rp12.500 per kotak.

"Biaya untuk panen saja sudah besar dan tidak sebanding dengan harga jual, karena itu kami memilih membiarkan saja hasil panen yang telah kami rawat selama enam bulan ini,” ucapnya.

Aan Kridolaksono 








Berita Terkait



Komentar