#LampostWeekend#Kesehatan#Difteri

Bebas Difteri dengan 5 Imunisasi Dasar

( kata)
Bebas Difteri dengan 5 Imunisasi Dasar
Seorang anak ditemani orang tuanya siap disuntik vaksin difteri, di Puskesmas Kayuringin Jaya, Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu lalu. ANTARA/RISKY ANDRIANTO


BANDAR LAMPUNG (lampost.co) -- Difteri menjelma sebagai momok yang menyerang sejumlah daerah di Indonesia, seperti Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Tercatat sebagai kejadian luar biasa pada tahun ini, ternyata mencegah difteri cukup sederhana. Cukup dengan imunisasi dasar lengkap.
Apa saja imunisasi tersebut? Imunisasi yang masuk program nasional tersebut meliputi tiga dosis imunisasi dasar difteri, pertusis, tetanus, hepatitis-B, dan haemofilus influensa tipe B (DPT-HB-Hib) pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Selanjutnya satu dosis imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan.
Tahap berikutnya yakni satu dosis imunisasi lanjutan difteri tetanus (DT) bagi anak kelas I SD/sederajat. Selanjutnya satu dosis imunisasi lanjutan tetanus difteri (TD) bagi anak kelas II SD/sederajat. Terakhir, satu dosis imunisasi lanjutan TD bagi anak kelas V SD/sederajat.
Imunisasi merupakan upaya preventif yang spesifik terhadap penyakit. "Imunisasi difteri dimulai sejak anak usia 2, 3, dan 4 bulan. Lalu untuk meningkatkan antibodinya lagi, harus diulang di usia 2 dan 5 tahun, serta usia sekolah dasar," ujar Menkes Nila F Moeloek, beberapa waktu lalu.
Ketersediaan imunisasi tersebut dijamin oleh pemerintah. Masyarakat bisa mendapatkannya secara gratis.
Penyakit yang telah menyebabkan tingkat kematian tinggi dan menular dengan cepat itu timbul karena adanya kesenjangan imunitas atau immunity gap di kalangan penduduk suatu daerah. "Ada kelompok yang tidak imunisasi atau status imunisasinya tidak lengkap sehingga tidak terbentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri difteri, sehingga mudah tertular," ujarnya.
Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diptheriae. Ciri-cirinya demam 38°C, munculnya pseudomembran putih, keabu-abuan, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, dan sakit waktu menelan. Kemudian leher membengkak, seperti leher sapi, akibat pembengkakan kelenjar leher, serta sesak napas.

Suspect

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana mengatakan pihaknya melayangkan surat ke Kementerian Kesehatan untuk meminta bantuan antidifteri serum (ADS). Lampung mendapat 8 vial paket ADS pada 12 Desember lalu.
Ia mengatakan setelah diagnosis lebih lanjut, kasus suspect difteri yang terjadi di Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Mesuji, dinyatakan negatif. "Sekitar dua bulan lalu ada suspect difteri di Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Mesuji, tetapi akhirnya dinyatakan negatif," kata Reihana, beberapa waktu lalu.
Walau bebas difteri, ia meminta masyarakat tetap waspada. Jika menemukan gejala batuk dan influenza, baik pada orang dewasa maupun anak-anak, sebaiknya segera ke puskesmas terdekat untuk memeriksakan diri. Petugas kesehatan akan mengecek selaput lendir pasien untuk mengetahui kemungkinan suspect difteri.
"Pada anak, risikonya sangat tinggi, bisa meninggal," ujar Reihana.
Masyarakat diimbau menggunakan masker saat influenza agar tidak menularkan virus. Selain itu jaga kondisi tubuh pada cuaca ekstrem seperti yang sedang berlangsung. Konsumsi makanan bergizi, buah-buahan, serta istirahat cukup. 

Umar Wirahadikusuma/Yusmart Dwi Saputra/MTVN










Komentar