#pahlawannasional

Anak Indonesia Lebih Kenal Superhero Rekayasa Dibanding Pahlawan Nasional

( kata)
Anak Indonesia Lebih Kenal Superhero Rekayasa Dibanding Pahlawan Nasional
Tokoh superhero animasi yang digandrungi anak Indonesia. Ilustrasi


Jakarta (Lampost.co) -- Gelombang film-film yang berorientasi mengenai tokoh utama (hero) ketika menghadapi kejahatan, diketahui sudah ada sejak tahun 1930-an dengan tema gangster atau koboi. 

Namun baru di sekitar 1954, film bergenre laga ini mulai diminati ketika film Seven Samurai, film garapan Sutradara Jepang, Akira Kurosawa, sangat memikat sineas dunia dan banyak mempengaruhi perfilman dunia, termasuk Hollywood. 

Setelah itu, banyak film-film laga bermunculan dan menampilkan tokoh-tokoh “jagoan” mulai dari jagoan cowboy yang diperankan John Wayne, tokoh James Bond hingga tokoh superheroes yang diangkat dari komik/cerita fiksi seperti Iron man, Capten America, Spiderman, Superman, Aquaman, dan lain-lain. 

Seiring perkembangan zaman, film-film superheroes, yang merupakan ciptaan industri tersebut dapat dengan mudah diakses di platform seperti Netflix, Youtube dan platform sejenis lainnya. Bahkan, anak-anak sekalipun, seperti generasi Z (Gen Z).   

Lalu, ditambah dengan fakta kepemilikan gadget atau gawai anak-anak Gen Z tersebut yang menyentuh angka 86% dan jumlah waktu yang dihabiskan mereka untuk berselancar di internet mencapai minimal 4 jam sehari. 

"Kalau dulu harus ke bioskop untuk bisa menonton film superhero, sekarang, hanya tinggal klik beberapa kali, film-film tersebut sudah bisa ditonton," kata psikolog Kasandra Putranto pada keterangan pers, Senin, 8 November 2021.   

"Kemudahan ini lantas menimbulkan fenomena baru, salah satunya dikarenakan hampir semua media, mobile games, dan film yang kini beredar, jarang sekali atau bahkan tidak sama sekali melibatkan tokoh-tokoh nasional atau budaya lokal khas Indonesia," jelasnya. 

Akibatnya, Gen Z terlihat lebih mudah mencerna budaya luar. Mereka seolah lebih lancar menceritakan kisah superhero ciptaan industri dari pada sosok pahlawan nasional. 

"Boleh dibilang hampir tidak mengenal pahlawan-pahlawan tersebut, walau hampir sekitar 8 pahlawan nasional yang wajahnya masih tercetak di uang kertas yang berlaku atau ratusan pahlawan yang namanya menjadi nama jalan," tuturnya. 

Kasandra menilai sebaiknya anak-anak zaman sekarang diingatkan kembali betapa pentingnya mendalami dan mengingat sejarah bangsa Indonesia. Namun, karena sekarang memasuki era digital, anak-anak akan lebih tertarik dengan media dan teknologi informasi.

"Untuk itu, tenaga pendidik bisa mencoba mencari cara untuk menyampaikan pelajaran sejarah dengan melibatkan teknologi informasi yang menarik seperti video atau dokumenter di situs online, animasi, seni, dan lain-lain,” kata psikolog dari Universitas Indonesia itu. 

Selain itu, orang tua juga hendaknya membiasakan anak-anak untuk kenal dengan sejarah bangsa sejak kecil dengan cara mengajak mereka berkunjung ke museum dan situs bersejarah. Tentu saja, fenomena yang terjadi ini sama sekali bukanlah kesalahan anak-anak semata. 

"Mereka ibaratnya, seperti kanvas putih, yang bertanggung jawab adalah kita semua, sebagai orang tua, untuk melukiskan warna yang tepat pada kanvas tersebut," tutur kata finalis Abang None Jakarta 1989 ini. 

Dalam skala yang luas, pengaruh-pengaruh dan paparan tersebut datang dari perusahaan-perusahaan besar, yang seharusnya bisa ambil bagian dalam mengintervensi hal ini. 

"Sebagai perusahaan, mereka bisa ikut andil dalam memberikan dan mengusahakan agar generasi muda bisa lebih mengenal para pahlawan dari negara mereka berasal, serta menumbuhkan kembali kecintaan anak muda kepada para pahlawan dan sejarah bangsanya," tutur psikolog klinis dan forensik.

Misalnya saja, dengan melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) bagi anak-anak dalam bentuk yang lebih fun dengan melibatkan tokoh-tokoh pahlawan lokal atau menggunakan budaya lokal.   

Selain itu, perusahaan-perusahaan media, games, dan perfilman Indonesia mungkin juga bisa lebih memperbanyak pembuatan film atau games yang mencantumkan budaya lokal dan tokoh-tokoh pahlawan Indonesia.   

MI

 

 

Effran Kurniawan








Berita Terkait



Komentar